Skip to main content

Masyarakat matrilineal terbesar dunia ada di Sumatra Barat

Suku Minangkabau yang tinggal Sumatra Barat, Indonesia, ternyata merupakan masyarakat matrilineal -atau garis keturunan berdasarkan kerabat perempuan- yang terbesar di dunia.
Menurut legenda, Raja Majapahit di Jawa menyatakan perang dengan Minangkabau namun kerajaan di Sumatra ini mengusulkan adu kerbau daripada perang. Kerbau Minangkabau membunuh kerbau Majapahit dengan tandukan di bagian perut.
Nama Minangkabau disebut-sebut berasal dari Minang, yang artinya menang, dan kabau, yang artinya kerbau. Itulah sebabnya kenapa atap rumah dan topi kebesaran perempuan Minangkabau berbentuk seperti tanduk kerbau.

Diperintah perempuan
Menurut legenda pula, pada pertengahan Abad 12, Raja Maharajo Dirajo -yang mendirikan Kerajaan Koto Batu, wafat dan meninggalkan tiga bayi laki-serta tiga istri.
Istri pertama, Puti Indo Jalito, kemudian mengambil alih kepemimpinan dan tanggung jawab keluarga, yang menjadi cikal bakal dari masyarakat matrilineal.

Semua hak perempuan
Dalam struktur sosial yang rumit, harta warisan -seperti sawah dan rumah- diturunkan kepada anak perempuan.
Anak-anak mengambil nama keluarga ibu dan pria dianggap sebagai seorang tamu di rumah istrinya.

Perpaduan agama
Minang awalnya adalah penganut animisme, sebelum kedatangan Hindu dan belakangan Buddha dari India.
Budaya mereka masih didasarkan pada adat -yang bersumber dari animisme dan sistem keyakinan Hindu- dengan pawang menjadi tempat berkonsultasi untuk menyembuhkan penyakit, meramal masa depan maupun berkomunikasi dengan dunia gaib.
Walau memiliki tradisi matrilineal, orang Minang juga memeluk agama Islam.
Tradisi yang unik
Berbeda dengan ajaran Islam, dengan pengantin perempuan yang pindah ke rumah keluarga suami setelah pernikahan, maka dalam adat Minang pengantin pria yang tinggal di rumah keluarga istrinya.
Mas kawin ditentukan oleh keluarga pengantin perempuan, berdasarkan pendidikan dan profesi calon suami.

Pria dijemput
Perkawinan adalah urusan keluarga besar. Pada hari pernikahan, pengantin pria dijemput dari rumahnya dan dibawa ke rumah pengantin perempuan tempat berlangsungnya prosesi pernikahan berdasarkan ajaran Islam.
Pengantin laki-laki biasanya disambut dengan para perempuan yang menari diiringi sekelompok pria penabuh gendang tambua dan talempong.

Semangat Kesetaraan
Perkawinan membawa wewenang sosial dan ekonomi kepada perempuan, karena perempuan 'senior' -yang beranak pinak- memimpin semua keturunannya. Sebagai kepala keluarga yang menguasai tanah dan memimpin sanak saudara, perempuan senior menyelesaikan perselisihan dan berperan penting dalam perundingan tentang perkawinan serta ritual-ritual adat lain.
Pria Minang diharapkan memiliki sumber pendapatan tetap dan bertanggung jawab untuk membiayai anak-anak. Banyak yang kemudian merantau untuk mencari kerja dan pulang ke rumah sesekali. Ketika berada di dalam rumah, pria Minang 'tak punya suara' untuk urusan keluarga.

Warna kebanggaan
Walau melemahnya masyarakat matrilineal sudah lama diperkirakan, orang Minang masih mempertahankan tradisinya dengan bangga.
Bendera Minangkabau -yang berwarna hitam, merah, dan kuning- melambangkan karakter dari tiga kawasan di wilayah Minangkabau: Luhak Limopuluah Koto dengan semangat perlawanan tinggi, Luhak Agam karena keberaniannya, dan Luhak Tanah Data sebagai kekuatan budaya dan adat.

Oleh : Rathina Sankari
Dapat dilihat juga di www.bbc.com

Popular posts from this blog

Rumah Makan Mintuo, Ayia Sirah, Kab. Solok

Rumah Makan Mintuo Ayia Sirah Rumah Makan yang telah ada sejak generasi 80an belum lahir, rumah makan ini terkenal dengan dendeng batokok yang di bakar dan di makan dengan sabal lado ijo,... nyumi,... Lokasi RM. Mintuo Aia Sirah Menunya Siap Santap,... Fasilitasnya Sebuah Musholla, Kamar Mandi, Tempat Berwudhu, Toilet yang bisa di pakai juga untuk BAB,... dengan air jernih nan dingin yang selalu mengalir baik hujan maupun kemarau.

Taluak Karsiak dan Taluak Buo, Surga kecil di sudut kota padang

Taluak Karsiak dan Taluak Buo Transportasi Ke Dusun Taluak Buo  yang berada di selatan Kota Padang. Daerah ini masuk dalam kecamatan Bungus Teluk Kabung. Taluak Buo yang berpenduduk 35 KK ini adalah bagian dari Kelurahan Teluk Kabung Tengah. Setelah melewati jalur darat dari Kota Padang ke Bungus, Teluk Kabung, kita masih diharuskan menempuh perjalanan darat ke arah PLTU Teluk Sirih dengan jarak kurang lebih 30Km, dan hanya bisa di akses dengan kendaraan pribadi baik kendaraan roda dua maupun roda empat, Yang Perlu Diketahui Dari peta tersebut kita bisa lihat teluk yang nyaman untuk kita mamfaatkan sebaga lokasi memancing,.... snorkling, ataupun untuk belajar dive,... sedangkan pantai yang dihiasi oleh pohon kelapa dan ombak yang kecil bisa di mamfaatkan untuk tempat bermain anak anak,.... jangan lupa untuk sedikit care dengan cuaca yang sekarang cepat sekali berubah, jangan biarkan anak anak anda luput dari pengawasan anda karena ini adalah wisata alam yang jauh dari pusat